Sabtu, 22 Desember 2012

Ini Rasaku dan kamu

Sekarang aku mengerti, mataku benar-benar udah terbuka. Aku bisa rasain apa kebersamaan, dan bersamamu beberapa bulan, kamu perkenalkan aku sama hal-hal baru yang aku gak tau selama ini, bukan gak tau tapi aku yang gak mau tau. Dan terhadapmu juga, aku bukan gak mau menyisakan ruang dihati ini untukmu mengenal diriku secara utuh, tapi aku masih takut. Ya, takut sama semua masa lalu yang masih ada mengikutiku, aku gak mau dengan adanya kamu disetiap hari-hariku mengulang semua perasaan kemarin-kemarin. 6 bulan kemarin tanpa sengaja atau sengaja Tuhan mendekatkan kita, mengijinkan kita untuk bisa saling memahami satu sama lain, membiarkan kita menghabiskan hari-hari bersama selalu. Dan hari ini aku semakin yakin kalau firasat aku selama ini memang benar, dan sekarang aku gak akan mengelak untuk kedua kalinya. Akan kucoba untuk menjalani semua tanpa paksaan, dan janjiku masih tetap sama seperti kemarin. Walaupun tak perna terucap didepanmu secara langsung. Aku hanya ingin menjaga dan melindungimu seperti dulu. 
Masih ingat aku dengan pesan yang aku kirim ke kamu, yang memaki dan mungkin saja sampai saat ini kamu masih belum bisa melupakan isi pesan itu, tapi itu bukan tandanya aku tak peduli samamu. Waktu itu aku masih labil dengan perasaan ini, masih belum yakin dan ingin membuang jauh-jauh. Tapi jujur semakin aku ingin melupakanmu semakin aku ingin bersamamu dan mengisi hari-harimu. Maaf atas apa yang aku lakukan selama ini terhadapmu, aku begitu karna takut semua salah mengerti dan terlalu cepat bagiku untuk menyimpulkan rasa ini. Tapi, malam ini aku semakin yakin bahwa kamu benar-benar peduli samaku, terlihat dari sikapmu yang cemburu ketika aku diskusi sama yang lain, padahal itu cuma sekedar diskusi dan kamu juga terlibat didalamnya. Saat aku kirim pesan, kamu hanya jawab singkat aja, semakin yakin kalo kamu memang lagi marah karna hal itu. Makasih ya, karna itu penting bagiku, pertanda kalo kamu juga punya rasa yang sama. Aku memang gak bisa nunjukin perasaan secara tebuka, tapi aku harap kamu mengerti lewat kepedulianku terhadapmu. Dan bahasa tubuhmu juga sudah lebih ari cukup untuk aku. 
Makasih ya, sekarang aku udah ngerti dengan semua tentang hidup dan pribadimu, prinsipmu aku hargai. Kedewasaanmu aku salutkan. Makasih, bintang kecil yang bercahaya begitu indah demi aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar